Mekanisme nyeri


MEKANISME NYERI

Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.

Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan system saraf untuk mengubah berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke system saraf pusat.

Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi dalam:

1. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulus

mekanis terhadap nosiseptor.

2. Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada system saraf

( neliola, et at, 2000 ).

3. Nyeri idiopatik, nyeri di mana kelainan patologik tidak dapat ditemukan.

4. Nyeri spikologik

Berdasarkan factor penyebab rasa nyeri ada yang sering dipakai dalam istilah nyeri osteoneuromuskuler, yaitu :
1.
Nociceptor mechanism.
2. Nerve or root compression.
3. Trauma ( deafferentation pain ).
4. Inappropiate function in the control of muscle contraction.
5. Psychosomatic mechanism.


Apabila elektroterapi ditujukan untuk menghambat mekanisme aktivasi nosiseptor baik pada tingkat perifer maupun tingkat supra spinal. TENS sebagai salah satu cara/upaya dalam aplikasi elektroterapi terhadap nyeri.

Nociceptor:

Sensor elemen yang dapat mengirim signal ke CNS akan hal–hal yang berpotensial membahayakan. Sangat banyak dalam tubuh kita, serabut-serabut afferentnya terdiri dari:

1. A delta fibres, yaitu serabut saraf dengan selaput myelin yang tipis.
2. C fibres, serabut saraf tanpa myelin.

Tidak semua serabut-serabut tadi berfungsi sebagai nosiseptor, ada juga yang bereaksi terhadap rangsang panas atau stimulasi mekanik. Sebaliknya nosiseptor tidak dijumpai pada serabut-serabut sensory besar seperti A Alpha, A Beta atau group I, II. Serabut-serabut sensor besar ini berfungsi pada “propioception” dan “motor control”.

Nociceptor sangat peka tehadap rangsang kimia (chemical stimuli). Pada tubuh kita terdapat “algesic chemical” substance seperti: Bradykinine, potassium ion, sorotonin, prostaglandin dan lain-lain.

Subtansi P, suatu neuropeptide yang dilepas dan ujung-ujung saraf tepi nosiseptif tipe C, mengakibatkan peningkatan mikrosirkulasi local, ekstravasasi plasma. Phenomena ini disebut sebagai “neurogenic inflammation” yang pada keadaan lajut menghasilkan noxious/chemical stimuli, sehingga menimbulkan rasa sakit. Deregulasi Sistem Motorik yang Menyebabkan Rasa Sakit

Kita ketahui hypertonus otot dapat menyebabkan rasa sakit. Pada umumnya otot-otot yang terlibat adalah “postural system”. Nosiseptif stimulus diterima oleh serabut-serabut afferent ke spinal cord, menghasilkan kontraksi beberapa otot akibat “spinal motor reflexes”. Nosiseptif stimuli ini dapat dijumpai di beberapa tempat seperti kulit visceral organ, bahkan otot sendiri. Reflek ini sendiri sebenarnya bermanfaat bagi tubuh kita, misalnya “withdrawal reflex” merupakan mekanisme survival dari organisme.
Disamping berfungsi tersebut, kita juga sadari bahwa kontraksi-kontraksi tadi dapat meningkatkan rasa sakit, melalui nosiseptor di dalam otot dan tendon. Makin sering dan kuat nosiseptor tersebut terstimulasi, makin kuat reflek aktifitas terhadap otot-otot tersebut. Hal ini akan meningkatkan rasa sakit, sehingga menimbulkan keadaan “vicious circle”, kondisi ini akan diperburuk lagi dengan adanya ischemia local, sebagai akibat dari kontrksi otot yang kuat dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat sebagai akibat dari disregulasi system simpatik.

Pada gambar 1, terlihat input serabut afferent dan organ visceral, kulit, sendi, tendons, otot-otot atau impuls dan otak yang turun ke spinal dapat mempengaruhi rangsangan (exitability) dan alpha dan gamma motorneurons yang berakibat kontraksi otot (muscle stiffness), misalnya meningkatkan input nosiseptif dari viscus abdominalis akan meningkatkan tonus otot-otot abdomen. Atau input nosiseptif dari sendi kapsul dapat meningkatkan “reflex excitability” dan beberapa otot-otot antagonis yang bersangkutan dengan pergerakan sendi tersebut sehingga hal ini dapat memblok sendi tersebut, disebut juga sebagai “neurogenic block”. Pengaruh yang paling besar berasal dari otak, stress dan emosi dapat mengakibatkan “descending excitatory pathways”, sehingga merangsang peningkatan reflek dari otot-otot postural.

Perasaan nyeri tergantung pada pengaktifan serangkaian sel-sel saraf, yang meliputi reseptor nyeri afferent primer, sel-sel saraf penghubung (inter neuron) di medulla spinalis dan batang otak, sel-sel di traktus ascenden, sel-sel saraf di thalamus dan sel-sel saraf di kortek serebri. Bermacam-macam reseptor nyeri primer ditemukan dan memberikan persarafan di kulit, sendi-sendi, otot-otot dan alat-alat dalam pengaktifan reseptor nyeri yang berbeda menghasilkan kuatitas nyeri tertentu. Sel-sel saraf nyeri pada kornu dorsalis medulla spinalis berperan pada reflek nyeri atau ikut mengatur pengaktifan sel-sel traktus ascenden. Sel-sel saraf dari traktus spinothalamicus membantu memberi tanda perasaan nyeri, sedangkan traktus lainnya lebih berperan pada pengaktifan system kontrol desenden atau pada timbulnya mekanisme motivasi-afektif.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa thalamus lebih berperan dalam sensasi nyeri dibandingkan daerah kortek serebri (willis WD, 1995). Meskipun demikian penelitian-penelitian lain membuktikan peranan yang cukup berarti dan kortek serebri dalam sensasi nyeri. Struktur diensepalik dan telesepalik seperti thalamus bagian medial, hipotalamus, amygdala dan system limbic diduga berperan pada berbagai reaksi motivasi dan afektif dari nyeri.

Nyeri merupakan pengalaman individu yang melibatkan sensasi sensori dan emosional yang tidan menyenangkan. Nyeri dapat dibagi 2. Pertama, nyeri nosiseptf yang terjadi akibat aktifasi nosi reseptor A-d dan C sebagai respon terhadap rangsangan noxius (termal , mekanik , kimia). Kedua, neyri neuropatik merupakan nyeri yang timbul akibat kerusakan/perubahan patologis pada system saraf perifer atau sentral. Pada kasus reumatik nyeri yang ditimbulkan adalah mixed pain, yaitu kombinasi antara nyeri nosiseptif dan neuropatik.

Pertukaran O2 dan CO2


PERTUKARAN 02 dan CO2 Dalam Pernafasan

Jumlah oksigen yang diambil melalui udara pernapasan tergantung pada kebutuhan dan hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh jenis pekerjaan, ukuran tubuh, serta jumlah maupun jenis bahan makanan yang dimakan.
Pekerja-pekerja berat termasuk atlit lebih banyak membutuhkan oksigen dibanding pekerja ringan. Demikian juga seseorang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dengan sendirinya membutuhkan oksigen lebih banyak. Selanjutnya, seseorang yang memiliki kebiasaan memakan lebih banyak daging akan membutuhkan lebih banyak oksigen daripada seorang vegetarian.
Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara inspirasi berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin darah berkurang.
Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.
Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa hemin atau hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein.

Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihat-kan menurut persamaan reaksi bolak-balik berikut ini :
Hb4 + O2 4 Hb O2
(oksihemoglobin)
berwarna merah jernih
Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi.
Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mm Hg, sedangkan tekanan O2 di lingkungan sekitar 160 mm Hg. Tekanan oksigen di lingkungan lebih tinggi dari pada tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru dan arteri yang hanya 104 mm Hg. Oleh karena itu oksigen dapat masuk ke paru-paru secara difusi.
Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O2 nya 104 mm; menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mm hg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 – 40 mm hg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya sama yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke udara bebas.
Berapa minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada jaringan? Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mm Hg dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah.
Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung menurut reaksi kimia berikut:
C02 + H20  (karbonat anhidrase) H2CO3
Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 sehingga mempengaruhi pH darah menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat.
Pengangkutan CO2 oleh darah dapat dilaksanakan melalui 3 Cara yakni sebagai berikut.
1. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim anhidrase (7% dari seluruh CO2).
2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (23% dari seluruh CO2).
3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut.
CO2 + H2O  H2CO3  H+ + HCO-3
Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka muncul gejala alkalosis.

Konsep Keamanan & Keselamatan


KEAMANAN & KESELAMATAN

Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan tentram.

Tugas seorang perawat :

1. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya sakit

2. Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS

3. Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang mempengaruhi hidup dan keadaan klien

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan & Keamanan

1) Usia

2) Tingkat kesadaran

3) Emosi

4) Status mobilisasi

5) Gangguan persepsi sensori

6) Informasi / komunikasi

7) Penggunaan antibiotik yang tidak rasional

8) Keadaan imunitas

9) Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih

10) Statrus nutrisi

11) Tingkat pengetahuan

2. Macam-macam Bahaya / Kecelakaan

a) Di Rumah

Tersedak

Jatuh

Tertekan alat-alat rumah tangga

Tersiram air panas

Jatuh dari jendela / tangga

Terpotong

Luka tusuk / gores

Luka bakar

Tenggelam

Terkena pecahan kaca

Terkunci dalam kamar

Jatuh dari sepeda

Keracunan

b) Di Rumah Sakit

Mikroorganisme

Cahaya

Kebisingan

Temperatur

Kelembapan

Cedera / jatuh

Kesalahan prosedur

Peralatan medik

Radiasi

Keracunan inhalasi

Elektrik syok

Asfiksia dan kebakaran

3. Pencegahan Kecelakaan di Rumah Sakit

a) Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri sendiri dari kecelakaan.

b) Menjaga keselamatan pasien yang gelisah selama berada di tempat tidur

c) Menjaga keselamatan klien dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptik, menggunakan alat kesehatan sesuai tujuan.

d) Menjaga keselamatan klien yang dibawa dengan kursi roda

e) Menghindari kecelakaan :

o Mengunci roda kereta dorong saat berhenti

o Tempat tidur dalam keadaan rendah dan ada penghalang pada pasien yang gelisah

o Bel berada pada tempat yang mudah dijangkau

o Meja yang mudah dijangkau

o Kereta dorong ada penghalangnya

f) Mencegah kecelakaan pada pasien yang menggunakan alat listrik misalnya suction, kipas angin, dan lain-lain.

g) Mencegah kecelakaan pada klien yang menggunakan alat yang mudah meledak seperti tabung oksigen dan termos.

h) Memasang lebel pada obat, botol, dan obat-obatan yang mudah terbakar

i) Melindungi semaksimal mungkin klien dari infeksi nosokomial seperti penempatan klien terpisah antara infeksi dan non-infeksi

j) Mempertahankan ventilasi dan cahaya yang adekuat

k) Mencegah terjadinya kebakaran akibat pemasangan alat bantu penerangan

l) Mempertahankan kebersihan lantai ruangan dan kamar mandi

m) Menyiapkan alat pemadam kebakaran dalam keadaan siap pakai dan mampu menggunakannya.

n) Mencegah kesalahan prosedur : identitas klien harus jelas.

Tanda-tanda Kehamilan


Tanda – tanda Kehamilan

1. Kemungkinan
2. Tidak pasti
3. pasti


Amenorho

ü Nause & emesis

ü Ngidam

ü Sinkope / pingsan

ü Payudara tegang

ü Sering miksi

ü Konstipasi / obstipasi

ü Pigmentasi kulit :

– Sekitar pipi

– Dinding perut

– Sekitar payudara

ü Epulish

ü Varices atau penampakan pembuluh darah vena

– Genetalia eksterna
– Kaki & betis
– Payudara

Tanda-tanda tidak pasti

ü Rahim membesar

ü Pd Pemeriksaan dijumpai :
– tanda Hegar
– Tanda cadwicks
– Tanda Piscaseck
– Kontraksi braxton Hicks
– Teraba ballotemen

ü Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif ( sebagian kemungkinan positif palsu

Tanda Hegar

Konsistensi rahim yg mjd lunak, terutama daerah isthmus uteri sedemikian lunaknya, hingga kalau kita letakkan 2 jari dlm forniks posterior & tgn satunya pd dnding perut atas symphyse, maka isthmus ini tdk teraba seolah-olah corpus uteri sama sekali terpisah dari cerviks.

Tanda Chadwick

Warna selaput lendir vulva & vagina menjadi ungu.

Tanda Piscaseck
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan
pembesaran tersebut.

Kontraksi Braxton Hicks
Pd saat palpasi atau waktu toucher rahim yg lunak sekonyong- konyong
menjdi keras krn berkontraksi.

Tanda-tanda Pasti Kehamilan

ü Gerakan janin dalam rahim

– Terlihat / teraba gerakan janin
– Teraba bagaian janin

ü DJJ
– Didengar dg stetoscope laenec, alat kardiotokografi, alat dopler
– Dilihat dg USG
– Pemeriksaan Rontgen pada Kerangka janin


Pemeriksaan Diagnostik Kehamilan

Pemeriksaan Diagnostik kehamilan :
1.
Hamil atau tidak
2. Primi atau multigravida
3. Tuanya kehamilan
4. Anak hidup atau mati
5. Anak tunggal atau kembar
6. Letak anak
7. Anak intra uterin atau extrauterin
8. Keadaan jalan lahir
9. Keadaan umum penderita

Perbedaan primi & multi

ü Primipara :

– Buah dada tegang
– Putting susu runcing
– Strie lividae
– Perineum utuh
– Perut tegang & menonjol ke dpn
– Vulva tertutup
– Vagina sempit & teraba rugae
– Portio runcing, ost ext tertutup
– Hymen perforatus

ü Multipara :
– Lembek, menggantung
– lividae & albicaStrien
– Putting susu tumpul
– Perineum berparut
– Perut lembek & tergantung
– Vulva menganga
– Vagina longgar, selaput lendir licin
– Portio tumpul & terbagi dlm bibir depan & bibir belakang
– Caranculae myrtiformis

Tuanya kehamilan :

ü Lamanya amenorhoe TFU

ü Diameter biparietal pada USG

ü Mulainya terasa pergerakan anak

ü Mulai terdengar bunyi jantung anak

ü Masuk atau tidaknya kepala janin ke rongga panggul

Tanda kematian anak dlm rahim :

ü BJA tdk terdengar

ü Rahim tdk membsr malah fundus uteri turun

ü Reaksi biologis mjd Θ → stl anak mati kira-kira 10 hari

ü Ibu tdk merasa lagi pergerakan janin

ü Pada rontgen terlihat :
– Tanda spalding adalah tulang tengkorak tutup menutupi, disebabkan isi
tengkorak berkurang krn otak mencair.
– Tulang punggung sangat melengkung
– Adanya gelembung gas dlm janin

Tanda anak kembar

ü Perut lbh besar dari pd sesuai tuanya kehamilan

ü Meraba 3 bag besar atau lebih

ü Meraba 2 bagian besar berdampingan

ü Meraba banyak bagian kecil

ü Mendengar BJA pada 2 tepat dengan sama jelasnya & dengan perbedaan frekuensi 10 denyut atau lebih dalam 1 menit.

ü Pemeriksaan elektrokardiografi, ultrasound

ü Pada hydramnion selalu harus diingat kemungkinan kehamilan kembar

ü Pada foto Ro atau ultrasonogram nampak 2 kerangka janin.

Letak janin dlm rahim :

ü Situs : letak sumbu panjang anak terhadap sumbu panjang ibu.

ü Habitus : letak bagian anak satu terhadap yg lain.

ü Positio : letak salah satu bagian anak yang tertentu terhadap jalan lahir
(kedudukan).

ü Presentatio : apa yang menjadi bagian yg terendah.

Konsep Psikososial


KONSEP PSIKOSOSIAL

Manusia adalah makluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan tersebut disebut sehat. Sedangkan orang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan dirinya dan lingkungan.

Kilen masuk rumahs sakit dan dirawat mengalami sters fisik dan mental baik dari diri sendiri, lingkungan, maupun keluarga.

Pada heirarki kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat.

Konsep Diri

Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi melalui mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain.

Pembentukan konsep diri ini sangat tergantung dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan lingkungannya.

Komponen Konsep Diri

  1. Citra Tubuh

Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.

  1. Ideal Diri

Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar perilaku.Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.

  1. Harga Diri

Harga diri adalah penilaian terhadap hasil pencaian yang dicapai dengan menganalisis sejauh mana perilaku yang sesuai dengan ideal diri. Jika individu selau sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami kegagalan cenderung harga dirinya rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.

  1. Peran Diri

Peran diri adalah pola, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan fungsinya di dalam masyarakat.

  1. Identitas Diri

Identitas diri adalah kesadaran akan dirinay sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri

1. Tingkat perkembangan dan kematangan

Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya.

2. Budaya

Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya, dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.

3. Sumber eksternal dan internal

Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri. Pada sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonominya kuat.

4. Pengalaman sukses dan gagal

Adanya kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian pula sebaliknya.

5. Stesor

Stesor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diridan kecemasan.

6. Usia, keadaan sakit dan trauma

Usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.

Karakteristik Kepribadian yang Sehat

  1. Citra tubuh positf dan akurat

Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.

  1. Ideal dan realitas

Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.

  1. Konsep diri yang positif

Konsep diri yang positif menunjukkan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya.

  1. Harga diri tinggi

Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi. Ia memandang dirinya sama dengan orang lain.

  1. Kepuasan penampilan peran

Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai da terbuka pada orang lain serta membina hubungan interdependen.

  1. Identitas jelas

Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan.

Karakteristik Konsep Diri Rendah

  1. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu
  2. Tidak mau berkaca
  3. Menghindari diskusi tentang topik dirinya
  4. Menonlak rehabilitasi
  5. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
  6. Mengingkari perubahan pada dirinya
  7. Peningkatan ketergantungan pada orang lain
  8. Tanda dari keresahan seperti marah, keputusaan dan menangis
  9. Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya
  10. Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan alkohol
  11. Menghindari kontak sosial
  12. Kurang bertanggung jawab

Faktor Resiko Gangguan Konsep Diri

  1. Gangguan Identitas Diri
    1. Perubahan perkembangan
    2. Trauma
    3. Jenis kelamin yang tidak sesuai
    4. Budaya yang tidak sesuai
  2. Gangguan Citra tubuh
    1. Hilangnya bagian tubuh
    2. Perubahan perkembangn
    3. Kecacatan
  3. Gangguan Harga Diri
    1. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
    2. Kegagalan perkembangan
    3. Kegagalan mencapai tujuan hidup
    4. Kegagalan dalam mengikuti aturan moral
  4. Gangguan Peran
    1. Kehilangan peran
    2. Peran ganda
    3. Konflik peran
    4. Ketidakmampuan menampilkan peran